Ignatius Loyola
Ignatius Loyola (Bahasa Basque: Ignazio Loiolakoa, Bahasa Spanyol: Ignacio de Loyola) (1491-31 Juli 1556) adalah seorang mantan ksatria Spanyol yang berasal dari sebuah keluarga bangsawan Basque, biarawan, imam Katolik semenjak tahun 1537, dan teolog, yang mendirikan Serikat Yesus dan menjadi
Setelah terluka
serius dalam Perang Pamplona pada tahun 1521, Ignatius melewati proses
perubahan spiritual saat ia menjalani perawatan. Buku De Vita Christi
karya Ludolph Saxony memberikan inspirasi padanya untuk meninggalkan semua
kehidupan militer pada masa lalunya dan membaktikan seluruh dirinya untuk
berkarya demi Tuhan, megikuti contoh-contoh para pemimpin rohani seperti Fransiskus dari Assisi.
Ia memperoleh penampakan dari Bunda Maria dan bayi Yesus
saat ia berada di tempat suci Ratu Montserrat di bulan Maret 1522. Setelah itu
ia pergi ke Manresa di mana ia mulai berdoa tujuh jam sehari, seringkali di
dalam sebuah gua yang berada dekat di sana, sembari membentuk dasar-dasar Latihan Rohani. Di bulan September 1523,
Loyola tiba di Tanah Suci untuk tinggal di sana, namun tak lama kemudian ia
dikirim kembali ke Eropa oleh para imam Fransiskan.
Antara tahun
1524-1537, Ignatius belajar teologi dan Bahasa Latin di Spanyol dan Paris, Perancis. Pada tahun
1534, ia tiba di kota Paris selama bergejolaknya sikap anti-Protestan yang
memaksa John Calvin untuk meninggalkan Perancis. Igantius
dan beberapa pengikutnya mengikat diri mereka pada sumpah kemiskinan, kesucian
dan ketaatan demi Tuhan dan Gereja Katolik. Pada tahun 1539, mereka mendirikan Serikat Yesus, yang disetujui oleh Paus Paulus III pada tahun 1540. Latihan Rohani juga disetujui oleh paus yang
sama pada tahun 1548. Loyola juga merancang Konstitusi Serikat Yesus. Ignatius meninggal di bulan Juli
1556. Ia kemudian dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tahun 1609, dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tahun 1622, dan diangkat
sebagai pelindung semua retret rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922. Hari peringatan
Ignatius Loyola dirayakan pada tanggal 31 Juli. Ignatius adalah santo pelindung
para tentara, Serikat Yesus,
wilayah Basque, dan provinsi-provinsi Guipuzcoa dan
Biscay.[3]
- Masa Muda
Tempat Suci Loyola, di kota Azpeitia, dibangun di atas
rumah tempat kelahiran Ignatius.
Ignacio López
de Loyola (bukan Íñigo López de Recalde yang terkadang dipakai) dilahirkan di wilayah Azpeitia di
Kastil Loyola yang saat ini termasuk di dalam wilayah Gipuzkoa, di Basque, Spanyol. Ia dibaptis denga nama Íñigo, dari nama
Santo Innicus, biarawan dari Oña sebuah nama Basque abad pertengahan yang kemungkinan besar bermakna “Si
Kecilku”. Tidak jelas kapan ia menggunakan nama
“Ignatius” dan bukan Íñigo lagi(bahasa Latin: Enecus; bahasa Basque: Eneko; bahasa Spanyol: Íñigo) Ignatius tidak berniat untuk mengganti
namanya, namun kelihatannya ia melakukannya itu dengan menggunakan variasi
sederhana dari nama aslinya supaya lebih bisa diterima di antara orang-orang
berbagai bangsa di Perancis dan Italia.
Anak bungsu
dari 13 bersaudara, Íñigo baru berusia tujuh tahun ketika ibundanya meninggal
dunia. Pada tahun 1506 Íñigo mengambil nama belakang “de Loyola” sebagai
referensi pada kota Basque bernama Loyola tempat dia dilahirkan dan
menjadi pegawai kerabat keluarganya, Juan Velázquez de Cuéllar, yang menjadi
bendahara (contador mayor) Kerajaan Castile.
Pada tahun 1509
Íñigo mengangkat senjata membela Antonio Manrique de Lara, adipati Najera dan
penguasa Navarre. Menurut Thomas Rochford, S.J., kualitas diplomasi dan
kepemimpinannya menjadikannya seorang gentilhombre (prajurit terkemuka)
yang sangat berguna bagi sang adipati. [9][10] Di bawah
kepemimpinan sang adipati, Íñigo terlibat dalam banyak pertempuran tanpa
menyebabkan luka pada dirinya. Namun ketika tentara Perancis yang mendukung
Monarki Navarra yang digulingkan pada tahun 1512 menyerbu
benteng Pamplona pada tanggal 20 Mei 1521, sebuah peluru
meriam melukai salah satu kakinya, dan mematahkan kaki lainnya. [10] Dalam kondisi terluka parah, Íñigo
dibawa kembali ke kastilnya. Ia sangat cemas akan luka-luka pada kakinya dan
menjalani beberapa operasi bedah pada luka-lukanya tersebut, yang sangatlah
menyakitkan pada masa-masa itu karena belum tersedianya anestesi.
Ignatius berpakaian perang.
Selama masa
penyembuhan luka ini, Íñigo membaca buku De Vita Christi karya Ludolph
Saxony edisi Catalan. Buku ini benar-benar mempengaruhi seluruh hidupnya. De
Vita Christi merupakan hasil kerja Ludolph selama 40 tahun. Buku ini
berisikan komentar-komentar mengenai kehidupan Yesus Kristus dan mengenai Injil-Injil dengan
mengambil kutipan-kutipan dari karya-karya para Bapa Gereja. Ludolph terutama
mengutip Santo Gregorius Agung,
Santo Basilius, Santo Agustinus dan
Bede Yang
Terhormat. Dalam karyanya ini, Ludolph memberi-tahu para pembacanya bahwa ia
menempatkan dirinya di tempat di mana cerita-cerita Injil itu terjadi; bahwa ia
memvisualisasikan palungan di tempat kelahiran Kristus, dan yang lainnya. Hal ini dikenal
sebagai sebuah metode doa dengan julukan Kontemplasi Sederhana dan adalah dasar
dari metode doa yang Ignatius jabarkan di dalam Latihan Rohani-nya.
Tempat-tempat Aspirasi Kerohanian
Selama masa
penyembuhannya pada tahun 1521, Ignatius membaca banyak tulisan-tulisan
religious mengenai kehidupan Yesus dan kehidupan
para orang-orang suci (santo/santa). Hatinya membara dengan ambisi untuk hidup
berkarya tanpa memikirkan diri sendiri dan mengikuti jejak tindakan-tindakan
kepahlawanan Fransiskus dari Assisi
dan para biarawan lainnya. Ia memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada usaha
penyebaran Injil pada kaum
non-Kristiani di tanah suci. Setelah sembuh, ia mengunjungi sebuah biara Benediktin, Santa Maria de Montserrat (25 Maret
1522) di mana ia menanggalkan jubah militernya dan mempersembahkannya pada
lukisan Sang Perawan Maria.
Ia kemudian pergi ke kota Manresa, Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di
sebuah gua di dekat kota itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga
mengalami beberapa penampakan di tengah-tengah hari selama di rumah sakit.
Penampakan-penampakan yang terjadi berulang kali ini tampil sebagai “suatu
wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan wujud ini memberinya
rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah indah … wujud itu
entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak benda
yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan
mengalami ketenangan hanya dengan menatap wujud ini … namun ketika wujud ini
hilang ia menjadi sedih.” [14] Pada tahun 1523, ia melakukan
perjalanan ibadah ke Tanah Suci dengan melakukan penolakan diri sendiri dan
pengorbanan. Ia tinggal di sana secara singkat dari tanggal 3 hingga 23
September tapi tidak diperkenankan untuk menetap. Dua belas tahun kemudian,
berdiri di hadapan Sri Paus bersama rekan-rekannya, ia kembali mengajukan diri
untuk mengirimkan para rekannya itu sebagai utusan Sri Paus di Yerusalem.
Penampakan pada Ignatius.
Sekembalinya ke
Spanyol, Ignatius dan rekan-rekannya sibuk dengan
tugas untuk mengubah para perempuan yang berstatus sebagai saksi oleh Pihak Inkuisisi di bawah perintah Hakim Alonso Mejias
menjadi murid-murid Tuhan. Walaupuan kaum alumbrados (Illuminati,
Yang Telah Dicerahi) Spanyol secara semangat dan spiritualitas memiliki
keterkaitan dengan gerakan reformasi Fransiskan di mana Cardinal de Cisneros adalah
penggeraknya, “para pejabat Inkuisisi memiliki kecurigaan yang besar.
Murid-murid wanita ini, Dona Leo, Dona Maria, dan Dona Beatriz bertindak-tanduk
terlalu fanatik sampai-sampai “salah satunya jatuh terbanting, seorang lainnya
terkadang berguling-guling di tanah, sementara yang lainnya pernah terlihat
sedang kejang-kejang atau gemetaran dan berkeringat berlebihan.” Kegiatan
mencurigakan ini saat Ignatius dan rekan-rekannya sedang secara teratur
berkhotbah di depan publik. Oleh karena “pidato pojok jalannya” dianggap sama
dengan “aktivitas kaum alumbrados,” Ignatius otomatis diperiksa atas
tuduhan sebagai salah satu “nabi” kaum tersebut, walau kemudian ia dibebaskan. [16] Setelah melewati berbagai kegiatan
yang penuh petualangan ini, ia kemudian masuk ke Kolese Montaigu di Universitas Paris untuk menjalani kehidupan
sebagai biarawan selama lebih dari tujuh tahun. Di masa tuanya, ia seringkali
dipanggil “Master Ignatius”. Gelar ini diperolehnya karena ia memperoleh gelar
Master dari universitas tersebut di atas pada usia empat puluh tiga tahun
Pada tahun 1534
ia telah mengumpulkan enam rekanan pentingnya, di mana semuanya ia temui saat
menjadi teman kuliah di Universitas Paris
– Fransiskus Xaverius, Alfonso
Salmeron, Diego
Laynez dan Nicolas
Bobadilla (semuanya
orang Spanyol); Peter Faber, orang Perancis; dan Simão Rodrigues dari Portugal. Nantinya
Ignatius dan rekan-rekannya ini akan diikuti oleh Fransisco de Borja, seorang
anggota dari klan Borgia yang menjadi pembantu utama Kaisar Charles V serta bangsawan-bangsawan lainnya.
“Pada pagi hari tanggal 15 Agustus 1534, di ruang bawah tanah Gereja Bunda Para
Martir di kota Montmartre, Ignatius
beserta keenam rekannya – yang hanya satu di antara mereka pada saat itu yang
telah ditahbiskan menjadi imam – bertemu dan mengambil sumpah suci atas karya
hidup mereka.” Ignatius Loyola adalah pendiri dan
pemegang pertama jabatan Superior Jendral Serikat Yesus, sebuah organisasi religius Gereja
Katolik yang anggota-anggotanya, dikenal sebagai Kaum Yesuit, melayani Sri Paus
sebagai misi utama mereka. Ignatius diingat sebagai seorang pengarah spiritual
yang sangat berbakat. Ia menjadi salah satu tokoh terkemuka yang menentang
gerakan Reformasi Protestan
dan memajukan gerakan Kontra Reformasi. Ia
dibeatifikasi dan kemudian dikanonikasi serta menerima gelar Santo pada tanggal
12 Maret 1622. Ia adalah santo pelindung provinsi Guipuscoa dan Biscay
bersamaan dengan organisasi Serikat Yesus.
Ignatius Loyola menulis Latihan Rohani,
sebuah kumpulan sederhana dari 200 halaman mengenai meditasi, doa, dan berbagai
latihan rohani lainnya, dari tahun 1522 hingga tahun 1524. Latihan-latihan di
dalam buku ini dirancang untuk dilakukan selama 28-30 hari.
Pater Jendral Kaum Yesuit
Ignatius
terpilih sebagai Superior Jendral pertama dari ordonya, dianugerahi dengan
gelar Pater Jendral oleh kaum Yesuit. Ia mengirimkan rekan-rekannya sebagai
misionaris ke seluruh Eropa untuk mendirikan sekolah, perguruan tinggi
dan seminari. Juan de Vega, duta besar Kaisar Charles V di Roma pernah bertemu
dengan Ignatius di kota tersebut. Atas rasa hormatnya yang tinggi terhadap
Ignatius dan Kaum Yesuit, ketika Vega diangkat sebagai wakil kuasa Sisilia ia membawa orang-orang Yesuit bersamanya.
Sebuah perguruan tinggi Yesuit dibuka di Messina; kesuksesan institusi ini memperoleh
perhatian besar sehingga aturan dan metodenya kemudian ditiru oleh
perguruan-perguruan tinggi lainnya. [18] Pada tahun 1548 buku Latihan
Spiritual akhirnya dicetak. Ia sempat diajukan ke depan Inkuisisi Romawi, namun kemudian dibebaskan.
Ignatius sebagai Superior Jendral.
Ignatius
menulis Konstitusi Yesuit, yang diadopsi pada tahun 1540 oleh Serikat Yesuit, yang menciptakan organisasi yang
bergaya monarki dan menekankan pada penyerahan diri dan ketaatan pada Sri Paus
dan para pemimpin ordo secara mutlak (perinde ac cadaver, “berdisiplin
tinggi seperti sesosok mayat” sebagaimana digambarkan oleh Ignatius). Prinsip utamanya
menjadi motto kaum Yesuit: Ad maiorem Dei gloriam
(“demi keagungan Allah yang lebih besar”). Kaum Yesuit merupakan pemeran utama
dalam gerakan Kontra Reformasi.
Antara tahun 1553-1555, Ignatius mendikte cerita hidupnya kepada sekretarisnya,
Romo Gonçalves da Câmara. Otobiografi ini merupakan kunci yang sangat berharga
untuk memahami karya tulisan Latihan Rohani-nya. Otobiografi ini disimpan di
dalam arsip selama kurang-lebih 150 tahun sebelum kaum Bollandis menerbitkannya
di Acta Sanctorum. Sebuah edisi penting hadir di volume pertama Fontes
Narrativi (1943) yang merupakan bagian dari serial tulisan Monumenta
Historica Societatis Iesu. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556
sebagai akibat dari “demam Romawi”, semacam penyakit malaria yang
berulang-ulang terjadi di kota Roma, Italia, di beberapa
periode dalam sejarah.
Kutipan
Terkenal dari Ignatius Loyola:
Kanonisasi dan Warisan
Ignatius
dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada
tanggal 27 Juli 1609 dan dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tanggal 13 Maret 1622.
Hari rayanya dirayakan tiap tahun pada tanggal 31 Juli, tanggal wafatnya. Santo
Ignatius dihormati sebagai santo pelindung prajurit Katolik, Taruna militer
Filipina, negara Basque and berbagai kota di kawasan tempat lahirnya.
Dari semua
institusi yang didedikasikan pada Santo Ignatius, salah satu yang terkenal
adalah Basilika Santo Ignatius Loyola yang dibangun di samping rumah
kelahirannya di kota Azpeitia, negara Basque. Rumah keluarganya itu sekarang telah dimasukkan ke
dalam kompleks Basilika sebagai museum.
Warisan
Ignatius di antaranya adalah sekolah-sekolah dan berbagai institusi pendidikan
Yesuit di seluruh penjuru dunia. Di Amerika Serikat saja terdapat 28 perguruan tinggi
dan universitas serta lebih dari 50 sekolah menengah yang dikelola oleh kaum
Yesuit. Di Indonesia, belasan institusi pendidikan Yesuit telah berdiri dan
melayani bangsa Indonesia selama berpuluh-puluh tahun, seperti Universitas Sanata
Dharma dan Kolese
De Britto di Yogyakarta serta Kolese
Kanisius dan Kolese
Gonzaga di Jakarta.
Lambang Keluarga Oñaz-Loyola
Lambang
Keluarga Oñaz-Loyola adalah simbol garis keturunan Oñaz dalam keluarga
Ignatius, dan dipergunakan oleh banyak insitusi Yesuit di berbagai penjuru
dunia.
Lambang Keluarga Oñaz-Loyola
No comments:
Post a Comment